Sudah Separah Itukah Remaja Sekarang?

17 07 2008

Suatu saat saya “online” dengan IM (Instant Messenger) yang namanya sebut saja M. Saya sudah lama menjadi anggotanya. Di sini kita dapat menacri teman di seluruh dunia. Asik memang. Namun ketika saya membaca intro yang mereka tulis di profil mereka masing-masing, saya begitu terkejut, rata-rata mereka yang masih muda (di bawah umur 17 tahun) menuliskan intro mengenai kisah cinta mereka. Ada yang sedang putus cinta, patah hati, bahkan sedang “in love”. Mungkin bagi kita itu masih wajar, namun ketika saya mencoba “chat” dengan seorang anak yang masih SMP, dia bercerita bahwa dia telah putus dengan pacarnya. Bayangkan saja, SMP saja sudah mengenal pacaran. Seharusnya masa-masa itu lebih kita fokuskan untuk belajar dan mencari teman. Jangan-jangan nanti SD pun sudah ada yang pacaran.

Saya juga pernah membaca surat kabar (lupa namanya) di sana ada opini dari seorang guru menganai tingkah laku anak didiknya di SD. Menurut dia sudah di atas batas kewajaran. Rata-rata mereka suka membantah, begitu menurutnya. Bahkan mereka kini menggunakan ucapan-ucapan seperti yang disiarkan salah satu stasiun TV swasta mengenai komedi sketsa. Kata-kata yang sering mereka tiru adalah seperti “cape deh..”, “ya iya lah, masa ya iya dong”, dan lain-lain. Pokoknya kata-kata yang intinya dia itu malas. Bahkan guru tersebut bercerita bahwa anak didiknya sering menggunakan kata-kata tersebut di kelas bahkan ketika mendapat tugas dari guru. Yang lebih parahnya lagi dengan orang yang lebih tua.

Remaja dan anak-anak kini seperti telah “keracunan” akbiat menonton siaran TV yang belum waktunya dia konsumsi atau yang tidak pantas untuk dikonsumsi. Contohnya saja seperti sinetron remaja sekarang yang menceritakan mengenai masalah cinta. Atau baju dan aksesoris yang mereka gunakan. Mereka pasti akan meniru apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar. Sehingga bisa kita lihat antara remaja sekarang dan remaja dahulu ketika di sekolah. Mereka berpendapat kalau remaja dahulu itu “jadul”.

Yah, itu memang benar. Tapi hal yang disayangkan adalah masalah kedisiplinan baik itu cara berpakaian ataupun bersikap. Coba kita perhatikan, berapa banyak anak sekolah yang masih menggunakan sepatu yang berwarna hitam dan model baju yang sudah ditetapkan oleh sekolah? Hal itupun saya lihat dengan langsung ketika saya berkunjung di SMA saya dahulu.

Pemerintah juga sepertinya sudah tidak terlalu perduli dengan masalah seperti ini. Umpamanya lebih selektif lagi dalam pemberlakuan materi yang boleh disiarkan kepada khayalak ramai. Bahkan ketika penyiaran acara Penobatan Ratu Sejagad kemarin disiarkan pada waktu jam-jam “Prime Time”. Memang dalam tayangannya diberikan tanda bahwa tayangan itu hanya boleh dikonsumsi oleh orang dewasa. Namun tetap saja disiarkanya pada jam-jam belajar.


Aksi

Information

2 responses

5 09 2008
indra

la aku pacaran kelas 6 sd ki dit..piye jal.. 🙂

5 09 2008
indra

maksude kelas 6 sd.. trus klas 1 smp.. 3 smp.. 1sma.. 2 sma.. 3 sma… kuliah.. huahahahahaaa

Tinggalkan Balasan ke indra Batalkan balasan